Santri Terakhir Syaikhona Kholil Bangkalan

Santri Terakhir Syaikhona Kholil Bangkalan

Beliau adalah KH. Zayyadi, santri terakhir Syaikhona Cholil Bangkalan yang masih hidup - hingga wafatnya pada bulan Maulid tahun 1991 di usia 105 tahun. Syaikhona Cholil adalah guru dari Mbah Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama, dan juga guru dari KH. As'ad Syamsul Arifin, ulama terkenal dari Situbondo. Nah, KH. Zayyadi ini adalah teman satu kamar Kyai As'ad sewaktu nyantri di pesantren Syaikhona Cholil Bangkalan pada dekade awal 1900an. Setelah itu Kyai Zayyadi sempat belajar sebentar di Ghararah-Makkah, berguru kepada Syeikh Hasan al-Indragiri.
.
Sepanjang hidupnya Kyai Zayyadi mengabdikan diri sebagai "ulama kampung". Ia berkebun sembari memberi pengajian kitab Fiqih dasar seperti "Sullam-Safina" kepada para petani dan penduduk pedalaman di Madura. Oleh karenanya beliau tidak begitu dikenal oleh khalayak, namun banyak ulama yang datang kekediamannya untuk berkegiatan Tarekat dan mencari tahu "Turats al-Ilmi" dari Syaikhona Cholil.
.
Ketika berusia 6 tahun, saya sempat belajar kitab Jurumiyah dari beliau, termasuk ilmu Tajwid dasar hingga usia 12 tahun. Saya juga sering mendampinginya ketika mengantarkan kajian kitab tafsir dan Tasawwuf kepada para santrinya. Sejak kecil saya diasuh oleh beliau - tidur, makan, termasuk belajar agama. Abah Yai, demikian saya memanggilnya, adalah kakek saya.
.
Banyak pelajaran lain yang saya ambil dari Abah Yai. Ketika kecil saya "ditenteng" kemana-mana, termasuk bepergian ke kota. Salah satu kegemaran beliau adalah silaturrahmi, mengunjungi pasar-pasar untuk sekedar berbincang santai dengan banyak orang. Beliau gemar mendoakan siapapun, termasuk agen beras satu-satunya di pasar yang keturunan cina dan seorang dokter Katolik taat terkenal di kota Bangkalan pada tahun 70-an bernama Lukas Kumala. Pada awalnya saya sempat protes, mengapa harus mendoakan mereka yang jelas-jelas non muslim. Kakek saya menjawab dengan santai, "siapapun mereka, pekerjaannya memberi manfaat bagi kehidupan banyak orang. Dulu Kyiai Cholil melakukan itu, saya menirunya."
.
Kakek saya khas kyai-kyai NU, sangat menikmati kesederhanaan dan kedamaian tanpa sekat. "Karena kebencian adalah penjara bathin", katanya.

[Sebagai penghormatan kepada kakeknya, KH. Zayyadi serta mengharap agar pesantrennya barokah, maka (Alm) KH. Mohammad Monib, MA menamai yayasannya dengan nama YAYASAN FATIHATUL QUR'AN AL ZAYYADI]

Posting Komentar

0 Komentar